Cari Blog Ini

Jumat, 16 Desember 2016

Sejarah Dakwah



BAB I

1.     Latar Belakang

Kita sebagai seorang muslim seharusnya mengetahui bagaimana sejarah dakwah itu dilahirkan dan bagaimana cara dakwah itu berkembang. Oleh karena itu kami mencoba untuk mengingatkan kembali akan sejarah lahirnya dakwah dan bagaimana perkembangan, dan cara penggunaan. Telah kita ketahui bersama bahwa umat Islam pada saat sekarang ini lebih banyak mengenal figur-figur yang sebenarnya tidak pantas untuk di contoh dan ironisnya mereka sama sekali buta akan sejarah dan pri kehidupan Rasulullah SAW. Oleh karena itu kami mencoba untuk membuka, memaparkan tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW, dan mudah-mudahan dengan adanya makalah ini menambah rasa kecintaan kita pada nabi Muhammad SAW. Adapun tujuan penulis menyusun makalah ini supaya pembaca lebih mengetahui tentang kehidupan nabi Muhammad SAW dan proses dakwah beliau serta pembentukan Negara Madinah.
2.    Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian Sejarah Dakwah ?
2.    Bagaimana dimensi sejarah dalam dakwah ?
3.    Bagaimana pola perkembangan dakwah di Indonesia?

3.    Tujuan Rumusan Masalah
1.    Untuk menjelaskan pengertian sejarah dakwah
2.    Untuk memaparkan dimensi sejarah dakwah
3.    Untuk memaparkan pola perkembangan dakwah di Indonesia







BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Sejarah Dakwah
“Sejarah Dakwah” berasal dari dua kata, yaitu sejarah dan dakwah. Sejarah berasal dari bahasa Arab “syajarah” yang berarti pohon. Salah satu alasan terpilihnya kata yang bermakna pohon ini,barangkali karena sejarah mengandung konotasigenealogi, yaitu pohon keluarga, yang menunjukkan kepada asal usul sesuatu marga.
Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh yang berarti penanggalan atau kejadian berdasarkan urutan tanggal atau waktu. Orang inggris menyebutnya history yang berasaldaribahasa Yunani istoria berarti ilmu untuk semua macam ilmu pengetahuan tentang gejala alam, baik yang disusun secara kronologis maupun yang tidak. Kemudian dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan, kata istoria  hanya khusus digunakan untuk ilmu pengetahuan yang disusun secara kronologis, terutama yang menyangkut halihwal manusia.
Kini kata sejarah, history dan  tarikh telah mengandung arti khusus yaitu masa lampau umat manusia. Sedangkan Dakwah secara etimologis (lughatan) berasal dari kata da’a, yad’u, da’watan.  Kata da’a mengandung arti : menyeru, memanggil, dan mengajak. Dakwah artinya seruan, panggilan dan ajakan. Dakwah Islam dapatdipahami sebagai seruan, panggilan, dan ajakan kepada Islam.[1]
B.  Dimensi Sejarah Dalam Dakwah
Sejarah pada hakikatnya adalah penjumlahan dari tendensi-tendensi umum yang sedang berlaku. Dakwah dipahami dalam dimensi lampau, kini,dan esok. Mencermati dakwah dalam perspektif sejarah akan mengantarkan cara kita memahami satu kurun sejarah kemudian kita menilai sejarah itu secara cepat tepat dan kemudian menentukan sikap dakwah.
Bagaimana sikap dakwah terhadap perkembangan sejarah yang ada dalam dunia modern, diperlukan pemikiran secara menyeluruh maupun bagian demi bagian. Dan tidak cukup hanya dengan dakwah yang ditujukan sekedar menciptakan pribadi-pribadi muslim yang tahan banting terhadap benturan sejarah. Namun, dakwah juga harus menciptakan sebuah dunia yang sesuai dengan gambaran Islam.
Tentu saja dalam berdakwah kita harus bersikap sangat hati-hati, terutama dalam menentukan peranan dakwah dalam sejarah. Dakwah bisa bersikap positif, negati, atauanti-historis. Maksud bersikap positif, bahwa proses dakwah berfungsi menguatkan kecenderungan sejarah yang ada. Bersikap negatif dalam arti dakwah menolaknya dan bersikap a-historis, yaitu dakwah berada diatas kejadian-kejadian sejarah. Jika dakwah menolak kecenderungan sejarah itu maka akan terseret dalam proses sejarah.
Menurut Kuntowijoyo,langgam keagamaan Indonesia meliputi langgam keagamaan Indonesia meliputi langgam esoteris, estetis, dan etis. Penonjolan segi esoteris adalah suasana asik dalam masuk pada hubungan antara manusia dan Allah. Contoh bagaimana hubungan vertikal itu menjadi amat penting dalam kehidupan agama. Langgam keagamaan estestis adalah yang mementingkan aspek emosi. Contoh kepuasan perasaan beragama timbul dari nyanyi bersama, upacara-upacara dan hubungan personal sesama umat. Langgam etis mementingkan urusan kemasyarakatan sebagai perwujudan langsung cita-cita tertib dan susila agama.
Untuk menggambarkan manusia dalam zaman modern sekarangini, setidaknya adatiga gejala yang cukup menonjol, yaitu industrialisasi, rasionalisasi, dan alienasi. Pada masa modern, manusia dihadapkan pada proses penggantian cara hidup bertani dengan cara hidup industri dengan melibatkan sebanyak-banyaknya orang kedalam pembuatan barang-barang modal dan pakai, serta pengedarannya.
Pendekatan dakwah yang tepat sebagai jawaban atas tantangan sejarah modern itu adalah mengembangkan dan memperbaharui pemahaman agama yang bersifat fungsional, bukan bersifat substansional adalah usaha untuk membuat aspek-aspek substansial dan simbolikal efektif dalam masyarakat.
Oleh karena masyarakat Indonesia beragam, usaha dakwah harus pula beragam. Ada cara tersendiri untuk setiap kelompok sosial, seperti masyarakat kota dan masyarakat pedesaan, masyarakat kelas atas dan masyarakat kelas bawah.[2]


C.  Pola perkembangan dakwah di Indonesia
1)    MASA WALI
Pada abad ke 9 H/14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Pada saat itu disebabkan kaum muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu, ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak islam, seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Pesatnya islamisasi pada abad ke 14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu atau Buddha di Nusantara, seperti Majapahit, Sriwijaya, dan Sunda.
Sementara itu, dalam sejarah penyebaran agama Islam terutama di Pulau Jawa banyak ditemukan literatur bahwa pada masa awal, da’i sebagai penyebar Islam banyak dipegang peranannya oleh para “wali sembilan” yang lebih dikenal dengan “walisongo”. Kata wali berasal dari Al-Qur’an yang banyak memiliki arti antara lain: penolong, yang berhak, yang berkuasa. Wali juga memiliki arti pengawal, kekasih, ahli waris, dan yang berkuasa. Walisongo disini diartikan sebagai sekumpulan orang (semacam dewan dakwah) yang dianggap memiliki hak untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat Islam di bumi Nusantara pada zamannya.
Dalam melaksanakan misinya terjadi pembagian kerja yang sangat sinergis walaupun mereka tidak hidup dalam satu zaman. Hal ini dapat dilihat dari pembagian kerja dengan mengambil resening formasi 5;3;1, yakni lima di Jawa Timur,tiga di Jawa Tengah, satu di Jawa Barat. Dan pembagian tersebut didasarkan atas kondisi yang terjadi pada mad’u pada saat itu. Pertimbangan orientasi kegiatan dakwah diarahkanpada pusat-pusat kekuasaan politik.
Dan metode yang dikembangkan oleh para wali dalam gerakan dakwahnya adalah lebih banyak melalui media kesenian budaya setempat da samping melalui jalur sosial-ekonomi. Atau lebih tepatnya pengislaman  kultur atau mengulturkan Islam. Sebagai contoh adalah media kesenian wayang dan tembang-tembang jawayang dimodifikasi dan disesuaikan oleh para wali dengan konteks dakwah. Dan sebagai gambaran spesifiknya dakwah yang dikembangkan masing-masing para wali sembilan tersebut dapat kita analisis sebagai berikut :

1.    Maulana Malik Ibrahim
Nama lainnya Maulana Maghribi, dan Maulana Ibrahim. Pola dakwah yang berhasil beliau kembangkan adalah :
a.    Bergaul dengan para remaja
b.    Membuka pendidikan pesantren
2.    Sunan Ampel
Gelar Sunan Ampel adalah Raden Rahmat, sedangkan nama mudanya adalah Ahmad Rahmatullah. Pola dakwah yang dikembangkan oleh Sunan Ampel adalah:
a.     Mengadakan pendidikan bagi masyarakat, khususnya para kader bangsa dan para mubaligh.
b.    Menyiapkan danmelatih generasi-generasi Islam yang dapat diandalkan. Seperti Sunan Giri, Raden Fatah, Maulana Ishak, dan lain sebagainya.
c.     Membangun hubungan silaturrahmi dan persaudaraan dengan putra pertiwi (pribumi).
d.    Mempelopori berdirinya Masjid Agung Demak.
e.     Melebarkan wilayah dakwahnya, yaitu dengan mengutus para kepercayaannya untuk berdakwah ke wilayah lain.
3.    Sunan Giri
Nama lainnya adalah Joko samudra, raden paku, prabu satma. Gelarnya yaitu Sultan Abdul Faqih karena sangat yakin dan mendalam ilmu fiqihnya. Dan pola yang telahdikembangkan beliau adalah :
a.     Membina kader da’i inti, yaitu mereka yang dididik diperguruan Giri.
b.    Mengembangkan Islam keluarJawa.
c.     Menyelenggarakan pendidikan bagi masyarakat secara luas, yaitu dengan mewujudkan gamelan sekaten.
4.    Sunan Kudus
Nama lainnya adalah Ja’far Shodiq, Raden Undung atau Raden Untung, dan Raden Amir Haji. Beliau menguasai Ilmu Hadist, ilmu Tafsir Al-Qur’an, Ilmu sastra, Mantiq, dan terutama sekali Ilmu Fiqh. Beliau juga di juluki “waliyul ilmu” yang artinya wali yang menjadi gudang ilmu. Di samping itu, beliau juga merupakan seorang pujangga besar. Pola dakwah yang beliau kembangkan banyak bercorak pada bidang kesenian. Salh satu karyanya yang terkenal adalah maskumambang dan mijil.
5.    Sunan Bonang
Nama lainnya adalah Maulana Makhdum Ibrahim, dan mempunyai julukan Prabu Nyokro Kusumo. Progam dakwah yang dikembangkannya adalah :
a.     Mendirikan pendidikan dan dakwah Islam.
b.    Memasukkan pengaruh Islam kedalam kalangan bangsawan keraton Majapahit.
c.     Terjun langsung ke tengah-tengah masyarakat.
d.    Melakukan kodifikasi atau pembukuan dakwah.
6.    Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifuddin Hasyim. Adapun pola dakwah yang telah dikembangkan yaitu :
a.     Mendirikat pusat-pusat atau pos-pos bantuan.
b.    Membuat kampung-kampung percontohan.
c.     Menanamkan ajaran kolektivisme, yaitu ajaran untuk bergotong royong dimana yang kuat menolong yang lemah, dan yang kaya menolong yang miskin.
d.    Dibidang kesenian beliau menciptakan tembang jawa, yaitu pangkur.
7.    Sunan Gunung Jati
Nama lainnya adalah Syarif Hidayatullah. Strategi pengmbangan dakwah yang dilakukan Sunan Gunung Jati lebih terfokus pada job description atau pembagian tugas di anataranya adalah melakukan :
a.     Melakukanpembinaan intern kesultanan dan rakyat yang masuk dalam wilayah Demak ditangan wai senior. Dengan program utamanya adalah masyarakat Jawa Timur dan Jawa Tengah harus segera diislamkan sebab mereka merupakan kekuatan pondok.
b.    Melakukan pembinaan terhadap luar daerah dengan menyerahkan tanggung jawabnya kepada para pemuda.
8.    Sunan Kalijaga
Nama lainnya adalah Muhammad Said atau Joko Said. Salah satu kelebihan beliau adalah kemampuannya memasukkan pengaruh Islam kepada kebiasaan adat istiadat masyarakat Jawa. Pola dakwah yang telah dikembangkannya adalah:
a.     Mendirikanpusat pendidikan di kadilangu.
b.    Berdakwah lewat kesenian. Salah satunya yaitu tradisi selametan peninggalan agama Hindu dan Buddha didekati dengan cara tahlil.
c.     Memasukkan hikayat-hikayat islam ke dalam permainan wayang.
9.    Sunan Muria
Nama lainnya adalah Raden Prawoto, Raden Umar Syahid. Pola dakwah yang dikembangkan oleh Sunan Muria adalah :
a.     Menjadikan daerah-daerah pelosok pegunungan sebagai pusat kegiatan dakwah.
b.    Berdakwah melalui jalur kesenian. Dengan menciptakan gending sinom, kinanti, dan sebagainya.[3]
2)   Masa Penjajahan (Pesantren dan Organisasi Islam)
a)    Pesantren
Pesantren berarti tempat tinggal para santri. Mengenai asal mula pesantren terjadi perbedaan pendapat, yaitu pertama, pesantren berasal dari masa sebelum masa Islam serta memiliki kesamaan dengan Buddha dalam bentuk asrama. Pendapat kedua, mengatakan bahwa pondok pesantren merupakan pranata asli Islam, yang lahir dari pola kehidupan tasawuf, yang pada perkembangannya merambah di beberapa wilayah Islam.
Di Nusantara terdapat beberapa istilah untuk pesantren diantaranya adalah surau,dayah atau meunasah, dan madrasah. Secara historis, keberadaan pesantren di tengah masyarakat Nusantara dalam hal pendidikan Indonesia sejak dan sebelum masa penjajahan kolonial senantiasa memberikan kontribusinya dalam hal mengatasi persoalan dan tantangan yang dihadapioleh masyarakat. Dan peran tersebut berlanjut sampai merebut dan mempertahankan kemerdekaan, dan pada akhirnya sampai sekarang.
Elemen pembentuk pesantren, yaitu pondok, santri, kiai, masjid, bengkel kerja,kitab-kitab ilmu klasik, yang merupakan pendukung pesantren berasal dari potensi yang dikembangkan swadaya dari masyarakat itu sendiri. Secara historis pesantren ini dikembangkan guna keperluan dakwah dan syiar Islam. Dengan semakin banyaknya lembaga pendidikan Islam didirikan, agama Islam juga semakin berkembang sehingga dapat dikatakan bahwa lembaga pendidikan pesantren merupakan anak panah penyebaran Islam terutaa di Pulau Jawa.
Sementara menurut Azyurmadi Azra secara spesifik memberikan klasifikasi fungsi esensidari pesantren, yaitu :
1.    Transmisi ilmupengetahuan Islam
2.    Pemeliharaan tradisi Islam
3.    Pmbinaan calon-calon ulama
Sebagai institusi dakwah dalam bentuk pendidikan Islam tradisional, pesantren sudah sejak lama survive dalam sejarah perkembangan pendidikan Indonesia. Pada masa penjajahan gerakan dakwah banyak diarahkan ke jihad menentang dan melawan dominasi penjajah. Kondisi ini mengubah fungsi pesantren yang tadinya sebagai lembaga pendidikan, berubah menjadi pusat pembangkit anti belanda. Dalam abad ke 19 saja Belanda sudah menghadapi empat kali perjuangan santri yang amat besar. Peperangan iniyang kemudian sering dalam sejarah dilukiskan sebagai perang sabil.
b)    Dakwah dalam Bentuk Organisasi Islam
Bersamaan dengan kebangkitan beberapa Kerajaan Islam di Nusantara, muncul pula kelompok-kelompok pedagang-pedagang asing yang memiliki tujuan monopoli perdagangan. Maka sejak itu terjadi persaingan yang kemudian melahirkan konflik fisik awal pada abad ke 20. Sementara itu perlawanan politik terhadap kekuasaan yang disemangati oleh aspek keagamaan terus berlangsung.
Pada masa ini sejarahumat Islam banyak dikonsentrasikan untuk melawan kolonial penjajahan. Fenomena tersebut telah menjadikan agama dimana agaman atau menurut George Mc Turnan Kahin disebut sebagai “ senjata ideologis” untuk melakukan perlawanan terhadap kolonial Belanda. Para ulama mencoba untuk menggerakkan masyarakat dengan melalui waktu-waktu yang sangat menguntugkan dalam pendidikan. Dicobanya mendidik masyarakat supaya motivasinya bangkit kembali di bidang pendidikan dan menggairahkan kembali ekonomi perdagangan. Organisasi pertama yang berbasis Islam yang terorganisir secara politik adalah SDI (Serikat Dagang Islam) pada tahun 1905 dan sekaligus merupakan cikal bakal pertumbuhan nasionalis yang dipelopori kaum pelajar. Dan ini merupakan pola dakwah baru yang berupa pembentukan organisasi Islam secara modern dalam sejarah bangsa Indonesia dalam usaha membina persatuan umat.
Dilanjut pada tahun 1912 berdirilah Organisasi Pendidikan dan Keagamaan yang dinamai Muhammadiyah oleh Haji Ahmad Dahlan. Organisasi ini dibentuk sebagai bentuk kepedulian terhadap kondisi umat yang dikonsentrasikan pada perbaikan praktik kehidupan umat dan kesejahteraan mereka, yang lebih menekankan pada  pentingnya kesalehan hidup yang diapresiasikan dalam aksi sosial atau tepatnya menyampaikan dakwah Islam secara modern. Sekolah-sekolah Muhammadiyah memperkenalkan program belajar yang berjenjang, merasionalisasikan metodepengajaran, dan menekankan pemahaman dan penalaran daripada penghafalan.
Di samping Muhammadiyah organisasi masyarakat terbesar yang lahir pada masa sesudahnya adalah Nahdlatul Ulama (kebangkitan Ulama) di Jawa pada tahun 1926. Ia didirikan di seputar jaringan kerja para tokoh agama yang berpusat pada pesantren di Jombang, Jawa Timur. Dalam aksinya NU mempertahankan prinsip-prinsip keagamaan tradisional, dan mengukuhkan syariah, madzhab-madzhab
fiqih, dan praktik sufi yang merupakan intispiritualitas mereka.
            Pada masa kependudukan Jepang, untuk mengisi kekosongan organisasi keagamaan, sebagai wadah kendaraan politik jepang maka pada tanggal 10 Juli 1942 membentukbadan yang diberi nama Badan Permusyawaratan Umat Islam, dari wadah inilah lahir dan berkembang MIAI (Majlis Islam Al Indonesia), yang merupakan organisasi Islam selama penjajahan Belanda. Dan ternyata  MIAI menjadi bumerang bagi pemerintah Jepang karena ternyata melalui organisasi inilah kemudian umat Islam pertama kalinya dapat bersatu dalam satu wadah untuk kepentingan islam serta perjuangan kemerdekaan dan perjuangan bangsa. Salah satu bentuknya adalah dengan dengan mendirikan baitul al-mal di seluruh Jawa. Dengan baitul al-mal ini MIAI berkeinginan agarzakat dapat disalurkan pada suatu badan yang bertanggung jawab, sehingga pemakaian sesuai dengan hukum dan ajaran Islam. Tetapi sayang organisasi ini tidakberlangsung lama karena mendapat tantangan dari Jepang.
            Namun kemudian pada tanggal 22 November 1943 lahirlah organisasi Islam besar bercorak politik yang dapat dikatakan merupakan wadah pemersatu umat Islam, yaitu Masyumi. Masyumi memberikan kontribusi terhadap perkembangan umat Islam. Organisasi ini pada awal berdirinya terdiri dari para ulama dan pemimpin organisasi Islam. Dan sebagai ketuanya adalah KH. Hasyim Asy’ari yang merupakan ‘syaikhul umat Islam’ di Jawa dan sekaligus pendiri NU. Di Masyumi inilah juga terkumpul berbagai kalangan ulama dari berbagai elemen  organisasi Islam baik NU, Muhammadiyah yang merupakan organisasi Islam besar pada saat itu.[4]























BAB III
KESIMPULAN

1.    Sejarah dakwah dapat yaitu peristiwa masalampau yang benar-benar dialami oleh umat manusia pada zaman dahulu mengenai imbauan, seruan, dan ajakan kepada Islam danhasil tentang proses penyeruan tersebut.
2.    Dalam berdakwahpun juga dapat bersikap negatif dan positif. Dakwah bisa bersikap positif, negati, atauanti-historis. Maksud bersikap positif, bahwa proses dakwah berfungsi menguatkan kecenderungan sejarah yang ada. Bersikap negatif dalam arti dakwah menolaknya dan bersikap a-historis, yaitu dakwah berada diatas kejadian-kejadian sejarah.
3.    Dan pada masa wali ke wali terdapat cara mereka tersendiri untuk berdakwah. Dan cara untuk menanganipermasalahan pada masa saat itu.
4.    Pada masa penjajahan, pesantren dan organisasi adalah alat yang di gunakan orang indonesia terutama orang Islam sebagai boomerang untuk melawan penjajahan
















DAFTAR PUSTAKA

Ilahi Wahyu, S.Ag., MA. , Hefni Harjani, Lc., MA. Pengantar Sejarah Dakwah (Jakarta: Kencana, 2007)
Sulthon Muhammad, Desain Ilmu Dakwah (cetakan I, Mei 2003).,



[1] Wahyu Ilahi, S.Ag., MA. , Harjani Hefni, Lc., MA. Pengantar Sejarah Dakwah (Jakarta: Kencana, 2007)., H 1
[2] Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah (cetakan I, Mei 2003)., H 37
[3] Wahyu Ilahi, S.Ag., MA. , Harjani Hefni, Lc., MA. Pengantar Sejarah Dakwah (Jakarta: Kencana, 2007)., H 171
[4]Wahyu Ilahi, S.Ag., MA. , Harjani Hefni, Lc., MA. Pengantar Sejarah Dakwah (Jakarta: Kencana, 2007)., H, 187

1 komentar:

  1. ▷Casino Site for Real Money in 2021 - Lucky Club Live
    All Casinos with luckyclub.live Real Money Casino Sites · Café Casino · PlayOJO · Leo Vegas · Pizzeria Casino · Slotspot City Casino · Spinomenal Casino · Jackpot City

    BalasHapus